Biaya produksi yang efisien adalah kunci untuk menjaga kelangsungan bisnis yang sehat. Namun, terkadang biaya produksi dapat melebihi anggaran yang direncanakan atau diharapkan, dan ini dapat menyebabkan kesulitan keuangan bagi perusahaan. Untuk menghindari hal ini, penting bagi perusahaan untuk memantau dan mengelola biaya produksi dengan cermat, termasuk dengan memahami konsep cost variance.
Cost variance adalah perbedaan antara biaya aktual dan biaya yang diharapkan atau direncanakan dalam suatu proyek atau kegiatan. Dalam produksi, cost variance dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti pemborosan bahan baku, ineffisiensi dalam penggunaan tenaga kerja, atau masalah dalam pengelolaan persediaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami bagaimana cara menghitung cost variance dan bagaimana cara mengoptimalkan pengelolaan biaya produksi agar tetap efisien dan terkendali.
Contoh Cost Variance
Berikut adalah contoh perhitungan cost variance berdasarkan GI dan GR serta waste, manpower, dan waktu operasional 3 shift:
Sebuah perusahaan memproduksi 1000 unit produk pada bulan Januari dengan biaya yang diharapkan atau direncanakan sebesar Rp 50.000.000. Perusahaan menggunakan bahan baku senilai Rp 25.000.000 dan mempekerjakan 4 orang pekerja produksi yang bekerja dalam waktu operasional 3 shift. Namun, setelah produksi selesai, terdapat waste sebesar 33 kg. Biaya aktual yang dikeluarkan adalah Rp 55.000.000.
Dalam contoh ini, perhitungan cost variance dapat dilakukan dengan memperhitungkan biaya-biaya produksi yang terkait dengan GI, GR, waste, manpower, dan waktu operasional 3 shift.
Perhitungan Cost Variance
- Biaya aktual (Actual Cost/AC) produksi dapat dihitung sebagai berikut: AC = biaya bahan baku + biaya tenaga kerja + biaya overhead produksi + biaya waste AC = Rp 25.000.000 + (biaya tenaga kerja x waktu operasional 3 shift) + biaya overhead produksi + (biaya pembuangan waste x harga per kg)
- Biaya yang diharapkan atau direncanakan (Planned Cost/PC) produksi dapat dihitung berdasarkan estimasi biaya-biaya produksi, termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja, overhead produksi, dan waste.
- Cost variance (CV) dapat dihitung menggunakan rumus CV = AC – PC
Dalam contoh ini, perhitungan cost variance dengan menggunakan rumus di atas adalah sebagai berikut:
- Biaya bahan baku = Rp 25.000.000
- Biaya tenaga kerja = Rp 500.000/hari/orang x 4 orang x 3 shift x 30 hari = Rp 54.000.000
- Biaya overhead produksi = Rp 5.000.000
- Biaya waste = 33 kg x Rp 1.000/kg = Rp 33.000
Maka, biaya aktual produksi (AC) = Rp 25.000.000 + Rp 54.000.000 + Rp 5.000.000 + Rp 33.000 = Rp 84.033.000
Dengan demikian, cost variance (CV) = AC – PC = Rp 84.033.000 – Rp 50.000.000 = Rp 34.033.000
Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa cost variance pada skenario produksi ini sangat tinggi, yaitu sebesar Rp 34.033.000. Hal ini dapat mengindikasikan adanya masalah dalam pengelolaan biaya produksi, seperti pemborosan bahan baku atau ineffisiensi dalam penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan evaluasi terhadap biaya produksi yang sebenarnya dikeluarkan dan mempertimbangkan strategi untuk mengurangi biaya produksi di masa depan.
Semoga membantu